Ilmu dan akhlak adalah dua hal yang saling berkelindan. Keduanya harus dimiliki oleh seorang jika ingin hidup lebih baik. Namun demikian dari keduanya, akhlak harus lebih diutamakan ketimbang ilmu.
Dalam Fathul Bari jilid 10 halaman 400, Syaikh Ibnu Hajar Al-'Asyqalani menyebutkan:
وَالْأَدَبُ اسْتِعْمَالُ مَا يُحْمَدُ قَوْلًا وَفِعْلًا وَعَبَّرَ بَعْضُهُمْ عَنْهُ بِأَنَّهُ الْأَخْذُ بِمَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ
Artinya: “Al adab artinya menerapkan segala yang dipuji oleh orang, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Sebagian ulama juga mendefinsikan, adab adalah menerapkan akhlak-akhlak yang mulia.
Nabi Muhammad SAW dalam riwayat Bukhari Muslim nomor 45 juga bersabda demikian:
إنَّما بعثتُ لأتمِّمَ مَكارِمَ الأخلاقِ
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.” (HR. Al Baihaqi, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, no. 45).
Cukup jelas bahwa Nabi Muhammad diutus di dunia bukan untuk menyempurnakan ilmu atau apapun kecuali hanya untuk menyempurnakan akhlak. Akhlak lebih utama dibandingkan dengan apapun.
Di dalam Kitab Musnadz Tirmidzi pada hadis ke 2002, Nabi Muhammad SAW juga bersabda demIkian
Dahulukan Akhlak sebelum Ilmu, Begini Kata Rasulullah
إنَّ أثقَلَ ما وُضِع في ميزانِ المؤمِنِ يومَ القيامةِ خُلُقٌ حسَنٌ وإنَّ اللهَ يُبغِضُ الفاحشَ البذيءَ
Artinya: “Sesungguhnya perkara yang lebih berat di timbangan amal bagi seorang Mu’min adalah akhlak yang baik. Dan Allah tidak menyukai orang yang berbicara keji dan kotor” (HR. At Tirmidzi no. 2002, ia berkata: “hasan shahih”).
Melalui penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Rasulullah amat mementingkan akhlak daripada apapun, termasuk ilmu.
Akhlak lebih penting dari ilmu karena orang yang berilmu belum tentu berakhlak, sementara orang yang berakhlak dapat memahami kondisi dengan orang yang berilmu atau belum.
Semoga Allah SWT selalu menancapkan kepada kita keabadian akhlak yang mulia. Amin.

Comments
Post a Comment